Beranda

I F T I T A H

Menulis itu Indah........


Seorang sahabatku, "sahabat terbaikku, sahabat terdekatku...."  petinggi polisi di Mabes Polri, memiliki bakat menulis cukup bagus. Lewat statusnya di BBM ia menyampaikan pesan - pesan dakwah secara sederhana. Tampaknya ia cukup memahami bahwa menulis tak saja memberikan banyak hal pada pembaca, juga menjadi sebuah medan dakwah yang luar biasa.

Suatu ketika kami chatting  tentang hakikat menulis. Percakapan itu yang kini aku jadikan membuka lembaran  blog baru  saya ini. Sebelumnya saya memiliki dua blog, namun sudah lama sekali. Yang satu dibajak orang, yang satu lagi lupa password emailnya. tapi tetap bisa dibaca dengan nama: hesmararaz.blogspot.com

Padahal aku membutuhkannya untuk meluangkan berbagai gagasan dan pemikiran. Lantaran dua blog tersebut mengalami invalid, maka blog ini pun dilahirkan. Gadis remajaku yang cantik bernama Raraz Asghari Giffarina membuatkan blog ini karena aku ibunya memang gaptek hehehe.....

Aku mengawali chatting dengan sohibku itu dengan pertanyaan sederhana: Coba tanya pada diri sendiri. Ketika hati Mas (aku menyebutnya Mas sebagai panggilan hormat karna ia lebih tua dari aku, dan sebagai simbol kedekatan) sedang gundah, gelisah, atau resah, dan Mas tidak tahu harus bicara dengan siapa, lalu Mas membaca buku/tulisan, misalnya karya Al Ghazali, Khalil Gibran, Ali Syariati, Khomeini, atau siapa saja.

Pernahkah tulisan itu menyentuh jiwa Mas paling dalam, bahkan meneteskan air mata, lalu merasa lega dan sepertimendapat semangat baru, pemcerahan baru? kalau iya, maka sebuah tulisan ternyata memberi manfaat besar bagi Mas.

Ya...kawan....sebuah tulisan ternyata mampu memberi manfaat besar bagi pembacanya. Sebuah tulisan bukan sekadar memberi pengetahuan, menambah wawasan, memperkaya khazanah bathiniyah, juga mampu memberi ketenangan dan solusi pada pembacanya.

Betapa dashyat tulisan itu. Jika menulis itu diniatkan penulisnya sebagai ibadah, sbagai media mengabdikan hidupnya kepada Allah Swt, sungguh dashyat pahala yang diterimanya. Bayangkan jika tulisan itu diterbitkan di koran dengan tiras 100 ribu eksemplar, dan tiap eksemplar dibaca 5 orang (keluarga/kantor) berarti ada 500 ribu orang yang membacanya.

Jika spersepuluh saja ada yang tersentuh hatinya, menemukan kesejukan jiwa, dan mrasa mendapat solusi atas permasalahannya, maka kita sudha membantu (baca: berdakwah) pada 50 ribu orang.

Bayangkan pula jika tulisan itu diklipping, lalu dibaca kembali berulang-ulang, bertahun - tahun kemudian, berapa banyak pahala yang diterima penulisnya? Ia menjadi amal jariyah yang terus mengalir kendati penulisnya sudahmeninggal dunia. Berapa banyak yang diterima jika tulisan kita terus bertambah?

Subhanallah....menulis itu sangat dashyat. Jika kita diberi Allah kemampuan menulis, maka lakukanlah. Menulis adalah salah satu cara berdakwah. Jika seorang ulama brceramah di hadapan sribu jamaah, maka cramahnya hanya berhenti di seribu orangitu, dan belum tentu direview jamaahnya lagi. Tapi, jika dakwah itu dielaborasi dalam tulisan, maka pembacanya akan lebih drai seribu jamaah.

Ya...menulislah kawan. Jangan sia - siakan kemampuan pikir kita hanya dalam batas ucapan dan tersimpan di benak. Rumuskan berbagai gagasan untuk kepentingan dan kemashlahatan umat itu dalam bentuk tulisan, lalu publikasikan melalui media apapun agar berdaya guna, dan tidak menjadi kekayaan pribadi serta iddle di kepala kita.

Mari menulis. Niatkan sebagai ibadah kita pada Allah Swt. Buang dari pikiran an hati tentang pujian, cacian, atau apapun dari sana. Biarlah Allah yang menakar kerja - kerja yang kita lakukan. Menulislah dnegan bahasa yang tidak melukai orang lain, tidka merasa lebih pintar, melainkan secara santun, halus, arif, namun tetap bermakna tajam.

Tak perlu jumawa ketika tulisan kita dipuji/ Tak perlu marah ketika tulisan kita dimaki. Ketika sebuah tulisan dipublish, berarti kita sudah siap dngan resiko bahwa tulisan itu  sudah menjadi milik publik. Dan...publik berhak berpersepsi apapun pada tulisan kita.

Tulisan sesungguhnya mencerminkan karakter dan pemikiran, serta kualitas jiwa kita. Dengan menulis kita sekaligus pula mengingatkan diri kita sendiri dan mendidik jiwa kita sendiri. Dengan menulis kita mengasah ketajaman pikir, ketajaman hati, ketajaman empati, dan cinta pada sesama.

Mari kita menulis, mewujudkan kepedulian umat, merepresentasikan kegelisahan umat melalui tuisan agar dicarikan solusi konstruktif oleh para pembaca. Mari menulis sebagai bentuk pengabdian kita hanya, sekali lagi, hanya kepada Allah Swt. Tak perlu motivais lain. Sebab motivasi di luar Allah selalu berpotensi melahirkan kekecewaan.

Jika suatu ketika kita mendapatkan banyak hal karna/dari menulis seperti popularitas atau uang, maka itu hanyalah efek samping dari pengabdian kita pada Allah. Mari menulis kawan. Berdosa jadinya jika talenta yang diberikan Allah pada kita disia-siakan atau tidak didayagunakan. Mari saling mengingatkan, dan saling menasehati melalui tulisan.....

salam......

Jakarta, 28 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar